cincin tunangan ,Rakyat Uzbekistan punya tradisi menggelar acara pernikahan dengan mewah, yang dihadiri ratusan tamu undangan dan iring-iringan mobil.
Namun, tradisi itu tengah dilawan pemerintah dengan mengusulkan pernikahan hemat biaya, yang menuai beragam tanggapan di media sosial.
Pesta perkawinan yang dihadiri 400 tamu dan iring-iringan mobil adalah hal biasa di negara Asia Tengah itu—walau 12,8% warganya hidup di bawah garis kemiskinan.
Tajikistan, yang merupakan negara tetangga Uzbekistan, juga mengusulkan pembatasan tamu undangan yang hadir dalam sebuah acara pernikahan pada 2011.
Draf pembatasan, yang diterbitkan untuk sidang dengar pendapat pada Kamis (22/03), menganjurkan pembatasan hidangan daging, jumlah tamu sampai 150 orang, dan melarang tuan rumah menyewa banyak penyanyi dan mobil-mobil pernikahan.
Usulan ini muncul beberapa hari setelah Presiden Shavkat Mirziyoyev mengkritik besarnya pengeluaran yang digelontorkan keluarga tidak mampu untuk membiayai pernikahan.
Biaya pernikahan yang dihabiskan senilai Rp275 juta di negara yang warganya rata-rata memiliki tiga anak, dan penghasilan bulanan sekitar Rp1,3 juta- Rp4,1 juta.
Baca juga :
"Alih-alih menghabiskan uang untuk 20 kg daging (untuk pesta Anda), lebih baik Anda mengecat rumah orang miskin atau membelikan pesawat televisi untuk keluarganya," kata Presiden Mirziyoyev seraya berjanji melarang pejabat negara menghadiri pesta pernikahan yang berlebihan.
"Seorang pria biasa, yang memperoleh gaji dari negara untuk menghidupi keluarganya, akan lebih cepat melakukan bunuh diri, daripada menikahkan empat anak perempuan. Mengapa? karena dia tidak mampu mengadakan pesta."
Hak atas fotoGETTY IMAGES
Apa yang terjadi dalam pesta pernikahan di Uzbekistan?
Mulai pukul 07.00 pagi, ayah mempelai perempuan menyediakan hidangan pilaf, makanan tradisional Uzbek yang terdiri dari nasi dan daging untuk 500 orang.
Biasanya ada penceramah yang memberi khotbah selama 20 menit sebelum makanan dihidangkan sementara musik tradisional dimainkan.
Pada sore hari, mempelai pria dan 40 orang temannya menjemput pengantin perempuan dan teman-temannya dari rumahnya, dan mereka berpose untuk foto dan video. Mereka menyewa sekitar 10 limusin dengan biaya masing-masing Rp2,7 juta.
Pada malam hari pesta berpindah ke aula, di mana ada 400 tamu undangan dan pemain musik menyambut mereka.
Biaya yang dikeluarkan dimulai dari proses pertunangan dan bahkan berlanjut setelah pernikahan berlangsung, saat pasangan suami istri harus mengundang kerabat barunya dan memberikan mereka berbagai hadiah.
Biaya-biaya tersebut meliputi pembelian perabotan mebel, puluhan kostum untuk pengantin dan peralatan untuk rumah baru.
Banyak kalangan menyatakan dukungannya terhadap aturan baru tersebut.
"Ini adalah sebuah gagasan bagus. Tuhan memberkatimu. Ini akan mencegah pemborosan. Semua orang kini akan mengatur pernikahan yang serupa," tulis seorang pengguna Facebook.
"Orang-orang Uzbek menjadi budak di luar negeri (untuk menghasilkan uang sebagai buruh migran). Jika RUU tersebut diloloskan, maka akan mengakhiri perbudakan," tambah yang lain.
Namun beberapa kalangan lainnya skeptis terhadap pembatasan yang akan berlaku ini.
"Tidak ada yang berubah. Pernikahannya masih dihadiri oleh 400-500 tamu," ucap salah satu pengguna media sosial.
"Kampanye antipernikahan mewah ini sudah berlangsung cukup lama. Namun tidak ada yang menindaklanjutinya. (Seperti kata pepatah) seekor ikan membusuk dari kepala ke bawah. Pejabat harus memimpin dengan memberi contoh," tulis yang lainnya.
Namun, tradisi itu tengah dilawan pemerintah dengan mengusulkan pernikahan hemat biaya, yang menuai beragam tanggapan di media sosial.
Pesta perkawinan yang dihadiri 400 tamu dan iring-iringan mobil adalah hal biasa di negara Asia Tengah itu—walau 12,8% warganya hidup di bawah garis kemiskinan.
Tajikistan, yang merupakan negara tetangga Uzbekistan, juga mengusulkan pembatasan tamu undangan yang hadir dalam sebuah acara pernikahan pada 2011.
Draf pembatasan, yang diterbitkan untuk sidang dengar pendapat pada Kamis (22/03), menganjurkan pembatasan hidangan daging, jumlah tamu sampai 150 orang, dan melarang tuan rumah menyewa banyak penyanyi dan mobil-mobil pernikahan.
Usulan ini muncul beberapa hari setelah Presiden Shavkat Mirziyoyev mengkritik besarnya pengeluaran yang digelontorkan keluarga tidak mampu untuk membiayai pernikahan.
Biaya pernikahan yang dihabiskan senilai Rp275 juta di negara yang warganya rata-rata memiliki tiga anak, dan penghasilan bulanan sekitar Rp1,3 juta- Rp4,1 juta.
Baca juga :
"Seorang pria biasa, yang memperoleh gaji dari negara untuk menghidupi keluarganya, akan lebih cepat melakukan bunuh diri, daripada menikahkan empat anak perempuan. Mengapa? karena dia tidak mampu mengadakan pesta."
Hak atas fotoGETTY IMAGES
Apa yang terjadi dalam pesta pernikahan di Uzbekistan?
Mulai pukul 07.00 pagi, ayah mempelai perempuan menyediakan hidangan pilaf, makanan tradisional Uzbek yang terdiri dari nasi dan daging untuk 500 orang.
Biasanya ada penceramah yang memberi khotbah selama 20 menit sebelum makanan dihidangkan sementara musik tradisional dimainkan.
Pada sore hari, mempelai pria dan 40 orang temannya menjemput pengantin perempuan dan teman-temannya dari rumahnya, dan mereka berpose untuk foto dan video. Mereka menyewa sekitar 10 limusin dengan biaya masing-masing Rp2,7 juta.
Pada malam hari pesta berpindah ke aula, di mana ada 400 tamu undangan dan pemain musik menyambut mereka.
Biaya yang dikeluarkan dimulai dari proses pertunangan dan bahkan berlanjut setelah pernikahan berlangsung, saat pasangan suami istri harus mengundang kerabat barunya dan memberikan mereka berbagai hadiah.
Biaya-biaya tersebut meliputi pembelian perabotan mebel, puluhan kostum untuk pengantin dan peralatan untuk rumah baru.
Banyak kalangan menyatakan dukungannya terhadap aturan baru tersebut.
"Ini adalah sebuah gagasan bagus. Tuhan memberkatimu. Ini akan mencegah pemborosan. Semua orang kini akan mengatur pernikahan yang serupa," tulis seorang pengguna Facebook.
"Orang-orang Uzbek menjadi budak di luar negeri (untuk menghasilkan uang sebagai buruh migran). Jika RUU tersebut diloloskan, maka akan mengakhiri perbudakan," tambah yang lain.
Namun beberapa kalangan lainnya skeptis terhadap pembatasan yang akan berlaku ini.
"Tidak ada yang berubah. Pernikahannya masih dihadiri oleh 400-500 tamu," ucap salah satu pengguna media sosial.
"Kampanye antipernikahan mewah ini sudah berlangsung cukup lama. Namun tidak ada yang menindaklanjutinya. (Seperti kata pepatah) seekor ikan membusuk dari kepala ke bawah. Pejabat harus memimpin dengan memberi contoh," tulis yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar